Bintang Kejora, Intel Melayu dan Teror...
Seperti telah diduga sebelumnya, kejadian Ambon akan menjadi inspirasi utk daerah2 lain yg kasusnya sejenis.. Mungkin udah pada nonton tv juga, di hari acara pembukaan Konferensi Dewan Adat Papua di GOR Cendrawasih Jayapura juga diwarnai pembentangan bendera Bintang Kejora di tengah tengah pertunjukan tarian.
Sebenarnya kejadian ini tidak terlalu mengejutkan, apalagi di sebuah perhelatan besar seperti Konferensi Dewan Adat Papua (dulunya Presidium Dewan Papua dengan ketuanya Alm. Teys Eluay).. Jauh jauh hari, acara ini emang udah diprediksi akan menjadi sebuah wahana demokrasi&ekspresi besar bagi masyarakat adat Papua. Atau kalo menurut seorang anggota BIN kenalanku, konferensi ini “berbahaya”… Maksudnya? Gak jelas deh, cuma sesama orang intelijen yang bisa mengartikan kata ini dengan tepat.
Seluruh pengamanan konferensi DAP ini ditangani sebuah satgas internal yang disebut Penjaga Dusun Adat Papua (PDAP), yang kabarnya terdiri dari para mantan anggota Satgas Papua dan segelintir orang Papua deserter TNI-POLRI. Satgas Papua dulunya semacam Pam Swakarsa di bawah Dewan Presidium Papua (tahun 1999-2004), yg kerap dikambing hitamkan dalam sejumlah aksi kekerasan dan pemerasan terhadap masyarakat pendatang di Papua.
Nah kembali lagi ke konferensi, yang bisa masuk ke dalam areal GOR Cendrawasih Jayapura itu cuma panitia, undangan dan wartawan yang sudah memiliki ID-card yg diautentifikasi panitia. Jadi, maklum maklum aja deh kalau komplotan intel melayu yang gak bisa masuk. Nah saat 15 penari sedang seru serunya menari (katanya tarian asal daerah Biak) dengan bendera Bintang Kejora, puluhan intel dari TNI-POLRI (dan tetek bengeknya) cuma bisa melongo di depan gerbang… yaa, paling paling mreka cuma bisa dapat cerita (atau bukti foto/video) dari rekan2 jurnalis yg kebetulan ada di dalam gedung, menggelikan sekali…
Sontak panitia konferensi langsung mengklarifikasi sama wartawan, bahwa munculnya bendera Bintang Kejora di tengah tengah acara hanya sebagai bagian dari kesenian asal Biak, untuk menjelaskan kondisi yang dialami warga asli Papua sejak tahun 1961. Ahaa.. cara ngeles yang baik!!
Semakin sore semakin seru, Kapolresta Jayapura - Danrem 172 Praja Wira Yakthi – Dandim 1701 Jayapura yang udah kebakaran jenggot langsung rapat tertutup.. Tak lama, sepuluh truk polisi (SABHARA+BRIMOB) bersenjata lengkap konvoi keliling Jayapura, termasuk melintasi GOR Cendrawasih, dua kali! Trus balik ke markasnya lagi.. Kerumunan orang di sekitar GOR sempat panik, menduga Konferensi DAP akan dibubarin paksa… Plus rombongan jurnalis yang sedang liputan juga ketipu, udah siap siap pasang kamera, sapa tau ada aksi yang seru... Dan ternyata kecele banget!
Salah satu kru/redaksi yang juga ada disitu (cuman mengamati alias ikut seru seruan aja) langsung senyum senyum sendiri, menyadari bahwa taktik polisi emang jempolan!! Konferensii hari pertama emang bisa berjalan hingga akhir sesuai agenda, tapi nyali pesertanya udah turun setengahnya kali, dan yang paling penting... Panitia akhirnya setuju mulai hari kedua konferensi, aparat TNI-POLRI dibolehkan untuk ikut ”mengamankan” jalannya konferensi, alias intel2 boleh masuk utk bersiaga kalo2 ada wacana yang membahayakan negara atau ada percobaan tindakan makar.. Waduh, bahasanya aparat banget ya??
Show of force gitu emang teror yang paling mujarab untuk membubarin massa... Ternyata betul banget kalo aparat bersenjata justru sering disebut “master of terror”, emang mreka jagonya kok… HeHe!!!
Jayapura 03-07-07